Tulisan piktogram dipakai di kalangan orang-orang Indian Amerika, orang Yukagir di Siberia dan juga dapat ditemukan di pulau Paska (Pasifik Timur). Dalam zaman modern pun piktogram masih dipakai dalam tanda lalu lintas internasional, dan pada tanda-tanda kamar kecil untuk laki-laki dan untuk perempuan.
Pada suatu saat, piktogram tidak hanya menunjukkan gambar benda yang, dimaksud melainkan juga sifat-sifat benda itu atau konsep-konsep yang berhubungan dengan benda itu; misalnya dalam tulisan hieroglif di Mesir (dipakai sekitar 4000 tahun s.M). Kebenaran itu dapat di lihat, yaitu gambar tongkat dari Firaun berarti 'memerintah'
Dalam sejarah yang panjang piktogram atau ideogram itu disederhanakan sehingga tidak tampak lagi hubungan antara gambar dan apa yang dimaksud. Salah satu contoh dapat dilihat dari aksara paku, yang dipergunakan oleh bangsa Sumoria pada 4000 tahun s.M.
Sistem tulisan Sumeria tersebut kemudian diambil alih oleh orang Persia, yaitu pada tahun (600-400 s.M), tetapi tidak untuk menggambarkan atau gagasan atau kata melainkan untuk menggambarkan suku kata. Sistem yang demikian disebut aksara silabis.
Dalam waktu yang hampir bersamaan orang Mesir mengembangkan juga tulisan yang menggambarkan suku kata. Aksara silabis ini mempengaruhi sistem tulisan bangsa-bangsa lain termasuk bangsa Fenesia yang hidup di Pantai Timur Laut Tengah (sekarang disebut Libanon). Pada sekitar tahun 1500 s.M. aksara Fenesia membuat 22 suku kata. Dalam sistem ini setiap tanda melambangkan satu konsonan diikuti oleh satu vokal.
Dalam tahun ke-10 s.M. tulisan silabis orang Fenesia itu dipinjam oleh orang Yunani. Tetapi, karena bahasanya berlainan sifat silabisnya akhirnya ditinggalkan dan orang Yunani mengembangkan tulisan yang bersifat alfabetis, yaitu dengan mengambarkan setiap konsonan dan vokal dengan satu huruf. Aksara Yunani ini kemudian diambil alih oleh orang Romawi dan dalam abad-abad pertama Masehi aksara Romawi atau Latin ini menyebar ke seluruh dunia dan sampai ke Indonesia sekitar abad ke-16 bersamaan dengan penyebaran agama Kristen. Aksara Romawi ini sampai sekarang masih dipakai.
Jauh sebelum aksara Romawi dikenal di Indonesia pelbagai bahasa di Indonesia ini sudah mengenal aksara yaitu aksara yang dikenal dalam Bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali, Sasak, Lampung, Bugis Makasar, dan Batak. Jenis aksara ini diturunkan dari aksara Pallawa dipakai di India Selatan dalam abad ke-4 M. yang disebarkan di Indonesia bersamaan dengan penyebaran agama Hindu dan Budha. Aksara Pallawa sendiri diturunkan dari tulisan Brahmi yang asal-usulnya dapat ditelusuri ke tulisan Semit. Jadi aksara India itu sebenarnya seasal dengan aksara Ibrani, Parsi, dan Arab.
Kedatangan agama Islam di Indonesia menyebabkan tersebamya aksara Arab. Aksara Arab yang dikenal di Indonesia berlainan sedikit daripada aksara Arab di negeri Arab, karena mendapat pengaruh dari aksara Arab-Parsi. Aksara Arab yang dipakai dalam Bahasa Melayu dikenal sebagai aksara Jawi. Bahasa Jawa juga mempergunakan tulisan Arab khususnya yang dipakai dalam karya-karya yang bersangkutan dengan agama Islam. Tulisan Arab untuk Bahasa Jawa ini dikenal sebagai aksara Pegon.
Menurut N. Siahaan (1964:115), bahwa Sastra tulis telah lama ada, diduga sejak abad ke-13, yaitu dengan adanya "aksara Batak yang berasal dari aksara Jawa Kuna melalui aksara Sumatera Kuna", sesudah Singosari mengirimkan tentaranya ke Jambi di Sumatera Tengah.
Sastra tulis itu adalah berupa ilmu perbintangan atau astronomi, tarombo atau silsilah, ramuan pengobatan tradisionil, turi-turian yang bersifat mythe atau dongeng. Cerita-cerita itu ditulis dengan aksara Batak Toba pada kulit kayu yang lebarnya dapat dilipat. Tulisan pada kulit kayu itu disebut pustaha 'pustaka' yang sekarang ini sulit ditemukan. "Seperti diterangkan di atas bahwa tidak ada seorang ahli yang dapat mengetahui dari mana asal muasal aksara Batak." Namun, manusia hanya dapat mengira-ngira atau menghubung-hubungkan sejarah terjadinya aksara di muka bumi ini. Tetapi secara linguistik dapat dikaji bahwa aksara itu bermula dari "aksara Hieroglif Mesir", dan turun temurun sesuai dengan perkembangan zaman pada masa itu
Sumber : http://zuhri-syafa.blogspot.com/
0 comments