7 Kendala dalam Bisnis Waralaba

Bisnis waralaba dari dulu sampai saat ini telah mengalami banyak perkembangan dalam berbagai jenis. Namun di Indonesia, waralaba masih identik dengan produk makanan dan minuman. Bagi calon entrepeneur muda, bisnis waralaba adalah cara termudah untuk belajar bisnis. Dengan menjadi waralaba atau franchisee, maka kita akan mendapatkan bimbingan dari pewaralaba (franchisor) tentang kiat dan usaha untuk membangun kerajaan bisnisnya. Namun, meski dengan modal yang telah diberikan ke pewaralaba dan berbagai bimbingan telah dilakukan oleh pewaralaba secara intensif, tidak bisa menjamin bisnis yang dilakukan akan menemui keberhasilan.

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seorang franchisee banyak menemui kegagalan dalam bisnis waralaba, antara lain:

1. Modal yang cukup tinggi
Agar bisa ikut usaha dalam waralaba pada produk tertentu, kita harus menyerahkan modal awal agar dapat memiliki hak menggunakan nama produk pewaralaba dan mendapatkan bantuan alat dan serta bimbingannya. Meskipun Terkadang modal yang harus diserahkan dirasa cukup tinggi, terutama waralaba dari luar negeri. Misalnya saja McDonalds mensyaratkan para franchisee harus memberikan deposit modal sekitar 405 juta rupiah untuk memegang hak (izin) memproduksi produk McDonalds selama jangka waktu 20 tahun.
Maka untuk bisa memiliki restaurant cepat saji McDonalds memerlukan dana sekitar 1 milyar lebih, baik untuk penyediaan lokasi, gedung, bahan baku dan karyawan. Berbeda dengan waralaba lokal yang biayanya lebih murah. Selain itu, juga terdapat beberapa waralaba yang meminta sekian persen dari keuntungan / omzet yang telah diperoleh franchisee tiap tahunnya di dalam perjanjian kontraknya.

2. Biaya bahan baku yang terlalu mahal
Biasanya, para pewaralaba telah menyediakan supplier bahan baku bagi para franchisee untuk memproduksi produknya. Mereka berdalih bahwa bahan baku dari supplier yang telah diajak bekerjasama sudah memenuhi standar mutu. Sehingga harga bahan bakunya pun agak lebih mahal dari harga pasar. Padahal dari kerjasama tersebut, pewaralaba juga mendapatkan komisi. Dengan demikian margin keuntungan yang diperoleh oleh franchisee bisa menjadi lebih kecil.

3. Modal usaha yang tidak cukup
Ada Beberapa pewaralaba yang menyediakan opsi menarik bagi para calon franchisee untuk bergabung dalam bisnisnya, yaitu memberikan pilihan cicilan dana dan suplai bahan bagi franchisee yang masih kekurangan modal. Namun, pada umumnya para franchisor (pemilik waralaba) tidak ingin terlibat dalam masalah penyediaan dana bagi para franchisee (pembeli waralaba) yang kekurangan modal, sehingga franchisee harus bisa mandiri dalam mencari tambahan modal. Dan biasanya Pada masa paceklik tersebutlah, para franchisee harus gulung tikar di tengah jalan.

4. Pemberian lokasi franchise yang tidak strategis
Para pewaralaba biasanya ikut mempertimbangkan juga strategi lokasi, dan hanya mengizinkan suatu perwakilan waralaba pada jarak/radius tertentu. Namun, tidak sedikit pewaralaba yang mengizinkan berdirinya puluhan waralaba dalam satu lokasi (kota) dengan harapan ia mendapatkan keuntungan lebih. Hal ini sangatlah tidak bagus, karena para franchisee harus saling bersaing dengan merek dan produk yang sama dalam satu lokasi (radius tertentu).

5. Kreatifitas yang dibatasi
Dalam bisnis waralaba, franchisor terkadang mengharuskan para franchisee menggunakan falisitas seragam pada tempat usahanya, atau warna tempat, papan reklame, pernak-pernik, serta asesoris lainnya. Sehingga daya kreatifitas yang ingin dikembangkan oleh franchise menjadi terbatas untuk bisa menarik para konsumen. Hal tersebut menjadi nilai negatif bagi wirausahawan yang mempunyai kreatifitas tinggi.

6. Penentuan lokasi yang tidak tepat
Salah satu dari kunci keberhasilan dalam membangun bisnis adalah pemilihan lokasi yang tepat. Dalam menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat usaha waralaba, ada baiknya melakukan riset kecil-kecilan, baik keramaian lokasi, minat warga sekitar terhadap produk yang akan dijual, jumlah saingan usaha pada produk yang sejenis, dan juga kondisi ekonomi yang tengah dialami oleh masyarakat setempat.

7. Pewaralaba mengalami kebangkrutan
Apa yang terjadi jika induk bisnis ternyata mengalami kebangkrutan disaat usaha sedang mangalami kemajuan. Maka kita harus berjuang sendiri tanpa lagi mendapat bantuan dan bimbingan dari franchisor. Hal tersebut bisa memberikan tekanan batin dan ketakutan dalam diri. Hal yang sama juga bisa terjadi bila rekan bisnis anda (waralaba sama) yang berada di lokasi lain ternyata gulung tikar, sehingga memunculkan keresahan.


Via : http://indobisnisblog.wordpress.com/2014/01/20/7-kendala-dalam-bisnis-waralaba/

0 comments

loading...
loading...