Berbisnis social sangat berbeda dengan beramal. Tujuan sebenarnya dari bisnis sosial adalah mengikutsertakan masyarakat dengan meraup profit bersama. Hal ini didasarkan ketulusan dan keuntungannya bertujuan untuk membantu misi sosial seperti mensejahterakan masyarakat.
Dalam mendapatkan modal usaha, bisnis memerlukan bantuan donatur atau suntikan dana sehingga bisnis sosial bisa berjalan lancar. Sebagai contoh Grameen Bank, yang berfokus pada memberikan modal kredit usaha kecil untuk warga miskin. Sejak berdiri tahun 1983 dan selama 30 tahun perusahaan ini sudah melayani permodalan separuh penduduk di Bangladesh. Konsep ini juga sudah diadopsi oleh negara Amerika Serikat.
Bisnis sosial juga tidak boleh lepas dari kaidah bisnis yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan dengan penerapan strategi pemasaran yang professional. Harus ada alat ukur usaha sehingga investor bisa tertarik untuk turut serta mengembangkan usaha. Contoh bisnis sosial yang sudah berlaku saat ini adalah Desa Jeruk Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang memiliki komunitas wanita pembatik dan sangat bermanfaat secara sosial atau istilah lain Social Return on Investment (SROI).
Di desa tersebut mereka sebelumnya tidak tahu proses membatik seperti teknik pewarnaan batik serta manajemen bisnis. Setelah mengikuti program bisnis sosial yang dijalankan melalui program “Revitalisasi Batik Lasem” oleh Kelompok Usaha Bersama dan didukung oleh IPI mereka akhirnya bisa menjalankan usaha tersebut secara mendiri. Pihak penyelenggara berdiskusi dengan para penduduk dan ikut serta mengukur keuntungan batik secara rupiah. Konsep SROI sangat berguna dalam menghitung nilai investasi sehingga layak diajukan pada investor. SROI ini yang menjembatani komunikasi antara pelaku wisausaha sosial dan investor.
Berbisnis sosial harus berasal dari panggilan hati untuk mensejahterakan masyarakat, mencintai lingkungan dan peduli sosial. Kadang orang yang ingin berbisnis sosial adalah yang suka melawan arus dan nyleneh namun ia berperan besar dari kehidupan sosial. Ia bahkan tak memperhitungkan modal dari kocek pribadi hanya untuk misinya tersebut.
Tidak semua orang suka melakukan bisnis sosial ini jika dilihat dari orientasi bisnis dan keuntungan. Bahkan jikapun ada ia hanya ingin sebuah pencitraan sehingga dianggap berjiwa sosial. Jika sudah dijalankan dengan kesungguhan, mereka dapat hidup layak dan memiliki peluang untuk berkembang. Bahkan ia memiliki pengakuan sosial karena sudah berperan serta mengubah kehidupan menjadi lebih baik.
Tidak harus dalam bentuk bisnis sosial, Anda pun bisa secara individu turut serta memberdayakan masyarakat dalam usaha yang Anda jalankan. Anda kemudian menjalankan corporate social responsibility sehingga masyarakat bisa merasa diikutsertakan dalam usaha Anda. Harus ada passion jelas saat menjalankan usaha ini, kemudian perlu kesadaran sosial dan tahu etika saat membayar upah para pekerja.
Negara yang sudah menjalankan bisnis sosial ini adalah Amerika dengan adanya bursa efek bernama social capital market, kemudian Inggris yang menjalankan usaha sosial dibawah pengelolaan kementerian sektor ketiga. Indonesia kapan?
sumber: femina.com
2 comments